Amaterasu disebutkan dalam Kojiki sebagai dewi matahari yang dilahirkan dari Izanagi, yang juga ditemani oleh saudaranya, Susanoo, penguasa badai. Dalam Kojiki, Amaterasu dijabarkan sebagai dewi yang darinya seluruh cahaya berasal, dan jura sering diartikan sebagai dewi matahari karena kehangatannya dan kepeduliannya kepada meraka yang memujanya; sebuah interpretasi dari “cahaya” atau “panas” sebagai semangat, atau kesucian. Ini hampir menyerupai sebuah interpretasi, seiring dengan melihat tindakan saudaranya, Susano'o, dia melarikan diri ke sebuah gua, Ama-no-Iwato dengan malu, memadamkan cahaya yang dipancarkannya dan menjerumuskan dunia dalam kegelapan.
Mengenyampingkan fakta bahwa beberapa daftar interpretasi Amaterasu terpaksa bertindak dalam keadaan malu, tercatat dalam beberapa tempat yang dipicu oleh ketakutannya atas balas dendam dari saudaranya. Menurut satu interpretasi, Amaterasu, ketika dikunjungi saudaranya, merasa takut karena penggunaan kekuatan oleh saudaranya; menggunakan petir dan badai untuk menipu bumi sehingga memudahkan jalannya untuk menemuinya di daratan surga (高天原, Takamagahara), yang kemudian mengakibatkan semua makhluk hidup masuk dalam persembunyiannya.
Seiring dengan melihat penggunaan kekuatan oleh Susano'o, Amaterasu mengambil tindakan berjaga-jaga dan mempersiapkan sebuah busur dan tempat panah di sisinya. Mengenyampingkan fakta bahwa tindakan ini bias dilihat sebagai suatu keputusan yang terburu-buru, untuk menemui Amaterasu, Susano'o bersikukuh untuk menemui ibunya di dunia bawah. Meski demikian, diterangkan bahwa Susano'o takut mengalami kekalahan, begitu dia memahami telah menggangu keadaan dunia bawah, dan itu sangat mungkin bagi Amaterasu khawatir Susano'o telah mengunjungi dunia bawah, dan kembali dalam keadaan puas atau berubah.
Dewa-dewa lain memohon agar dirinya keluat, namun gagal. Kemudian dewi Ama-no-Uzume mempunyai sebuah gagasan. Dia menggantung sebuah cermin (鏡 kagami) di pohon terdekat, menyelenggarakan sebuah perayaan dan menyajikan tarian erotis di depan gua. Tindakan ini membuat dewa-dewa lain tertawa dengan keras membuat Amaterasu menjadi penasaran dan mengintip keluar. Dia melihat bayangan dirinya di cermin, yang mengejutkan dirinya betapa dewa-dewa lain mampu menarik dirinya keluar dan meyakinkan dirinya untuk kembali ke angkasa.
Kemudian dia mengirim cucunya Ninigi-no-Mikoto untuk menenangkan Jepang: buyutnya kemudian menjadi kaisar pertama Kaisar Jimmu. Bersamanya dia memiliki sebuah pedang suci (Kusanagi), permata (Yasakani no magatama) dan cermin (Yata no kagami) yang kemudian menjadi tanda kebesaran kerajaan.
Amaterasu juga dihargai dengan menciptakan pengelolaan beras dan gandum, penggunaan ulat sutra, dan menenun dengan alat tenun. Kuil terpenting miliknya, Kuil Besar di Ise, Jepang di pulau Honshū. Kuil ini dirubuhkan dan dibangun setiap duapuluh tahun. Di kuil itu dia diwakili oleh sebuah cermin, satu dari tiga tanda kebesaran kerajaan Jepang.
Dia dirayakan setiap 17 Juli dengan prosesi jalanan di seluruh negeri. Pesta pada 21 Desember, titik balik matahari musim dingin, merayakan keluarnya dia dari gua.
Sampai terpaksa mengakui kesalahan dalam penyerahan diri diakhir Perang Dunia II, keluarga Kerajaan Jepang menyatakan keturunan dari Amaterasu, dan kaisar secara resmi dianggap sebagai dewa.
Kuil Ise terletak di Semenanjung Ise Peninsula di bagian barat Honshu. Kuil Ise disebutkan sebagai kediaman dari Amaterasu dan kediaman cerminnya. Kuil ini, namun demikian, tertutup untuk umum
http://maniajepang.blogspot.com/2007/07/story-of-amaterasu.html
No comments:
Post a Comment